Home / Khilafah & Dinasti / Ketika Golden Horde Memeluk Islam: Titik Balik yang Mengubah Keturunan Mongol Menjadi Pelindung Muslim

Ketika Golden Horde Memeluk Islam: Titik Balik yang Mengubah Keturunan Mongol Menjadi Pelindung Muslim

Ketika nama Genghis Khan dan bangsa Mongol disebut, gambaran yang muncul sering kali adalah tentang penaklukan yang dahsyat, pasukan berkuda yang tak terhentikan, dan kehancuran kota-kota besar. Mereka adalah kekuatan yang mengubah peta Eurasia secara drastis pada abad ke-13. Namun, sejarah mencatat sebuah transformasi luar biasa yang terjadi pada salah satu cabang terkuat dari kekaisaran mereka, Golden Horde, yang menguasai sebagian besar Eropa Timur dan Asia Tengah. Mereka, yang pada awalnya menjadi ancaman bagi dunia Islam, secara bertahap memeluk Islam dan akhirnya menjadi salah satu pelindungnya. Ini adalah kisah tentang titik balik yang tidak hanya mengubah keyakinan, tetapi juga identitas dan takdir keturunan Mongol.

Latar Belakang: Kepercayaan Mongol Sebelum Islam

Untuk memahami besarnya perubahan ini, penting untuk mengetahui apa yang diyakini bangsa Mongol sebelumnya. Kepercayaan asli mereka adalah Tengrisme, sebuah agama Syamanistik yang berpusat pada pemujaan Tengri, sang Langit Biru yang kekal. Mereka percaya pada dunia roh yang dihuni oleh leluhur dan entitas alam yang harus dihormati. Di bawah hukum Genghis Khan yang dikenal sebagai Yassa, bangsa Mongol menerapkan toleransi beragama terhadap rakyat taklukannya. Mereka tidak memaksakan kepercayaan mereka dan mengizinkan umat Kristen, Muslim, dan Buddha untuk menjalankan ibadah mereka dengan bebas. Sikap pragmatis ini pada awalnya bertujuan untuk menjaga stabilitas di wilayah kekuasaan yang luas, namun tanpa disadari, kebijakan ini membuka pintu bagi masuknya pengaruh agama-agama besar, terutama Islam, ke jantung kekaisaran Mongol.

Kepercayaan Syamanistik ini sangat terikat dengan identitas komunal dan leluhur. Ritual-ritual mereka berfokus pada pemeliharaan kehidupan dan kesejahteraan komunitas melalui persembahan kepada roh nenek moyang. Fokus pada komunitas inilah yang nantinya menjadi jembatan konseptual bagi masuknya Islam, yang juga sangat menekankan pentingnya ummah atau komunitas umat beriman.

Percikan Pertama: Kontak Awal dengan Dunia Islam

Kontak pertama bangsa Mongol dengan Islam terjadi melalui penaklukan. Pada awal abad ke-13, pasukan Genghis Khan menghancurkan Kekaisaran Khwarezmi di Asia Tengah, sebuah kerajaan Muslim yang makmur. Kehancuran kota-kota seperti Samarkand dan Bukhara meninggalkan luka mendalam. Namun, di balik kehancuran itu, interaksi mulai terjalin. Para pengrajin, sarjana, dan administrator Muslim yang terampil dibawa ke ibu kota Mongol untuk melayani kekaisaran.

Seiring berjalannya waktu, para pangeran dan pemimpin Mongol yang ditempatkan di wilayah-wilayah Muslim mulai terpapar pada peradaban Islam yang kaya. Mereka menyaksikan praktik keagamaan, sistem hukum yang teratur, dan kehidupan intelektual yang maju. Pedagang Muslim yang melintasi Jalur Sutra juga memainkan peran penting dalam memperkenalkan ajaran Islam kepada para elite Mongol. Pengaruh ini terjadi secara perlahan namun pasti, menanamkan benih-benih perubahan di hati para penakluk.

Berke Khan: Pelopor Mongol Muslim di Pucuk Pimpinan

Titik balik pertama yang signifikan terjadi pada masa Berke Khan (berkuasa 1257-1266), cucu dari Genghis Khan dan penguasa Golden Horde. Berke adalah penguasa Mongol pertama yang secara resmi memeluk Islam. Konversinya bukan hanya masalah spiritual pribadi, tetapi juga sebuah keputusan politik yang strategis.

Menurut beberapa catatan sejarah, Berke dipengaruhi oleh seorang syekh Sufi dari Bukhara bernama Saifuddin Bakharzi selama perjalanannya. Setelah memeluk Islam, Berke secara aktif mendukung penyebaran agama ini di wilayah kekuasaannya. Ia membangun masjid-masjid dan mendorong para pemimpin Mongol lainnya untuk mengikuti jejaknya.

Keputusan Berke memeluk Islam memiliki dampak geopolitik yang luar biasa. Hal ini memperkuat aliansinya dengan Kesultanan Mamluk di Mesir, yang juga merupakan kekuatan Muslim utama saat itu. Golden Horde dan Mamluk memiliki musuh bersama, yaitu Ilkhanate di Persia, sebuah kekaisaran Mongol lain yang dipimpin oleh sepupu Berke, Hulagu Khan. Hulagu adalah sosok yang bertanggung jawab atas penghancuran Baghdad pada tahun 1258, sebuah peristiwa yang mengguncang dunia Islam. Konversi Berke memberinya pembenaran ideologis untuk menentang Hulagu, bukan lagi sebagai persaingan antar-keluarga Mongol, tetapi sebagai pembelaan terhadap Islam. Aliansi Berke-Mamluk ini secara efektif menghentikan ekspansi lebih lanjut Ilkhanate ke wilayah Syam dan Mesir, menjadikan Golden Horde sebagai pelindung dunia Islam dari sesama Mongol.

Özbeg Khan: Menjadikan Islam sebagai Agama Negara

Meskipun Berke adalah pelopor, Islamisasi Golden Horde mencapai puncaknya di bawah pemerintahan Özbeg Khan (berkuasa 1313-1341). Özbeg Khan-lah yang secara resmi menjadikan Islam sebagai agama negara Golden Horde. Keputusannya ini menandai transformasi total identitas Horde dari kekaisaran Mongol-pagan menjadi kesultanan Turco-Mongol yang Islami.

Sama seperti Berke, keputusan Özbeg didorong oleh kombinasi keyakinan pribadi dan kalkulasi politik. Dengan menjadikan Islam sebagai agama negara, ia berhasil menyatukan beragam suku Turco-Mongol di bawah satu panji ideologis yang kuat. Islam memberikan legitimasi baru bagi pemerintahannya, terutama di mata rakyatnya yang mayoritas Muslim di wilayah-wilayah seperti Volga Bulgaria dan Khwarezmi.

Di bawah Özbeg Khan, budaya Islam berkembang pesat. Kota Sarai, ibu kota Golden Horde, menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam yang megah, dihiasi dengan masjid-masjid, madrasah, dan pemandian umum. Para ulama dan seniman dari seluruh dunia Muslim diundang untuk datang dan berkarya di bawah perlindungannya. Proses ini tidak selalu berjalan mulus; ada perlawanan dari kalangan bangsawan Mongol yang masih berpegang teguh pada tradisi lama Syamanisme. Namun, Özbeg dengan tegas menekan perlawanan tersebut, memastikan bahwa Islam menjadi fondasi baru bagi kekuasaannya.

Figur sufi seperti Baba Tükles memainkan peran penting dalam narasi konversi Özbeg Khan, sering kali diceritakan melalui legenda yang menekankan keajaiban dan kontes spiritual antara Islam dan kepercayaan lama, yang semakin memperkuat posisi Islam di mata rakyat jelata.

Transformasi dan Warisan: Dari Penakluk Menjadi Pelindung

Konversi Golden Horde ke Islam adalah sebuah proses transformatif. Identitas mereka bergeser. Mereka tidak lagi hanya dipandang sebagai “Mongol”, tetapi sebagai bagian dari dunia Islam yang lebih luas. Bahasa Mongol secara bertahap digantikan oleh bahasa-bahasa Turkik, dan aksara Arab mulai digunakan secara luas dalam administrasi.

Peran mereka di panggung dunia juga berubah. Dari yang semula menjadi penghancur kota-kota Muslim, mereka kini menjadi pembangun dan pelindung peradaban Islam di Eurasia. Mereka tidak hanya melindungi perbatasan utara dunia Islam dari ancaman non-Muslim, tetapi juga menjadi pusat penyebaran Islam ke suku-suku lain di stepa. Warisan Islamisasi Golden Horde bertahan lama setelah kekaisaran itu sendiri runtuh pada abad ke-15. Kekhanan-kekhanan penerusnya, seperti Kekhanan Kazan, Astrakhan, dan Krimea, semuanya adalah negara-negara Muslim yang melanjutkan tradisi Islam di wilayah tersebut. Keturunan mereka, seperti bangsa Tatar Volga, Tatar Krimea, Nogai, dan bahkan sebagian Uzbek, adalah pewaris langsung dari transformasi bersejarah ini.

Kesimpulan

Kisah Golden Horde yang memeluk Islam adalah pengingat yang kuat bahwa sejarah tidaklah statis. Identitas sebuah bangsa dapat berubah secara dramatis melalui interaksi budaya dan keyakinan. Transformasi keturunan Genghis Khan dari penakluk yang ditakuti menjadi kekuatan Muslim yang dihormati adalah salah satu titik balik terpenting dalam sejarah Eurasia. Peristiwa ini tidak hanya mengubah takdir bangsa Mongol, tetapi juga membentuk lanskap keagamaan dan budaya di Eropa Timur dan Asia Tengah selama berabad-abad, sebuah warisan yang jejaknya masih terasa hingga hari ini.

Bibliografi

Darmawan, Budi. “Jejak Mongol Dalam Kemajuan Peradaban Islam: Dinasti Chagthai Dan Golden Horde.” Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban, vol. 18, no. 1, 2024.

DeWeese, Devin. Islamization and Native Religion in the Golden Horde: Baba Tükles and Conversion to Islam in Historical and Epic Tradition. The Pennsylvania State University Press, 1994.

The Golden Horde: A Captivating Guide to the European Appanage of the Mongol Empire That Was Ruled by the Descendants of Genghis Khan. Captivating History, 2024.

Khakimov, Rafael, et al., editor. The Golden Horde in World History. Sh. Marjani Institute of History of the Tatarstan Academy of Sciences, 2017.

Baca juga: Pertempuran Sekigahara: Satu Hari yang Mengakhiri Perang Saudara dan Membentuk Keshogunan Tokugawa

Loading

Tagged: