Home / Sejarah Dunia / Invasi Yang Gagal: Kekalahan Viking di Sevilla Pada Tahun 844 M

Invasi Yang Gagal: Kekalahan Viking di Sevilla Pada Tahun 844 M

Pada pertengahan abad ke-9, Eropa dilanda ketakutan yang meluas akibat serbuan bangsa Viking. Dari Skandinavia, para pelaut ulung ini menyebar teror di sepanjang pesisir dan sungai, menjarah, membakar, dan memperbudak. Namun, tidak semua ekspedisi Viking berakhir dengan kemenangan gemilang. Salah satu kekalahan paling signifikan dan sering kali diremehkan dalam sejarah Viking adalah invasi mereka ke Sevilla (Hispalis) pada tahun 844 M. Peristiwa ini tidak hanya menandai kegagalan besar bagi penyerbu Nordik, tetapi juga menyoroti kekuatan dan kemampuan pertahanan Emirat Cordoba, sebuah kekuatan Muslim yang megah di Semenanjung Iberia.

            Pada abad ke-9, ekspansi Viking sedang mencapai puncaknya. Mereka telah menjarah Inggris, Irlandia, dan Frankia, bahkan mencapai Mediterania. Motivasi mereka bervariasi: mencari kekayaan, tanah baru, dan budak. Armada Viking, yang terkenal dengan kapal panjang (langskip) mereka yang cepat dan gesit, memungkinkan mereka melakukan serangan kilat dan mundur dengan cepat.

            Di sisi lain, Semenanjung Iberia pada masa itu dikuasai oleh Muslim dari dinasti Umayyah II yang wilayahnya dinamakan “Andalusia” dan berpusat di Emirat Cordoba. Di bawah pemerintahan Abdul Rahman II, Córdoba adalah salah satu pusat peradaban paling maju di dunia. Kota ini dikenal dengan keilmuannya, arsitekturnya, dan sistem irigasinya yang canggih pada masa itu. Meskipun Andalusia memiliki kekuatan militer yang memadai, mereka umumnya tidak memiliki pengalaman langsung dengan ancaman maritim seperti Viking. Angkatan laut mereka terutama beroperasi di Mediterania, menghadapi ancaman Bizantium atau sesama Muslim.

Armada Viking dan Perjalanan Menuju Iberia

Pada tahun 844 M, sebuah armada besar Viking, yang diperkirakan terdiri dari puluhan kapal dan ribuan prajurit, memulai perjalanan yang ambisius. Asal-usul pasti armada ini masih diperdebatkan di kalangan sejarawan, namun sebagian besar sepakat bahwa mereka berasal dari wilayah Viking di Prancis utara, mungkin setelah menjarah beberapa wilayah bangsa Frank. Mereka berlayar menyusuri pantai Atlantik Eropa, melewati wilayah Galia dan mungkin bahkan menyerang beberapa kota di sana.

            Setelah melewati Teluk Biscay, armada Viking tiba di Semenanjung Iberia. Tujuan awal mereka mungkin bukan Sevilla, melainkan mencari target yang kaya dan mudah dijarah. Sumber-sumber Arab menyebutkan bahwa mereka pertama kali menyerang Lisboa (Lisbon), yang saat itu merupakan kota yang relatif kecil dan kurang terlindungi. Setelah menjarah Lisboa selama beberapa hari atau minggu, para Viking melanjutkan pelayaran mereka ke selatan, memasuki Sungai Guadalquivir yang mengarah ke pedalaman menuju Sevilla.

Serangan Awal dan Pendudukan Sevilla

Invasi Viking ke Sevilla dimulai pada bulan September 844 M. Penduduk kota dan pemerintah setempat tidak siap menghadapi serangan mendadak dari laut. Meskipun Sevilla adalah kota yang makmur, pertahanan maritimnya mungkin tidak sekuat kota-kota pesisir lainnya, karena terletak di pedalaman. Viking dengan cepat mendarat dan melancarkan serangan brutal. Mereka membakar dan menjarah, menyebabkan kepanikan massal di antara penduduk. Dalam waktu singkat, mereka berhasil merebut kota dan mendudukinya. Sumber-sumber Muslim menggambarkan kekejaman mereka, termasuk pembantaian warga sipil, penjarahan harta benda, dan pembakaran bangunan-bangunan penting, termasuk masjid-masjid. Banyak penduduk yang ditangkap dan dijadikan budak, sebuah praktik umum di kalangan Viking. Pendudukan Sevilla berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Selama periode ini, para Viking mendirikan kamp-kamp sementara, mungkin di luar tembok kota, dan terus mengumpulkan harta rampasan. Keberhasilan awal ini mungkin membuat mereka terlalu percaya diri.

            Berita tentang invasi Viking ke Sevilla segera sampai ke telinga Abdul Rahman II di Córdoba. Meskipun terkejut dengan kecepatan serangan, Emir dengan cepat merespon dan segera memerintahkan mobilisasi pasukan dari seluruh Andalusia. Jenderal-jenderal terkemuka dipanggil seperti: Isa ibn Shuhayd, Musa ibn Musa al-Qasi, dan Abdel Waḥid bin Yazid al-Iskandarani. Serta pasukan dari berbagai distrik dikerahkan. Respon Muslim tidak hanya didasarkan pada kekuatan militer, tetapi juga pada strategi yang matang. Mereka memahami bahwa kekuatan Viking terletak pada mobilitas dan serangan kejutan. Oleh karena itu, Abdul Rahman II memutuskan untuk tidak langsung menyerang Sevilla. Sebaliknya, ia membiarkan para Viking menetap, mengumpulkan kekuatan, dan mungkin lengah. Ini memberikan waktu bagi pasukan Muslim untuk berkumpul dan merencanakan serangan balik.

            Pasukan Muslim, yang terdiri dari kavaleri berat dan infanteri, dipimpin oleh seorang jenderal berpengalaman bernama Musa ibn Musa al-Qasi, seorang muwallad (keturunan Iberia yang memeluk Islam) yang terkenal karena kemampuan militernya. Ia juga memiliki dukungan dari pasukan dari distrik lain seperti Toledo dan Merida.

Pertempuran di Talyata (Tablada)

Ketika pasukan Muslim telah berkumpul, Abdul Rahman II memberi perintah untuk menyerang. Pertempuran utama terjadi di sebuah daerah di luar Sevilla yang dikenal sebagai Talyata (Tablada). Lokasi ini strategis karena memungkinkan pasukan Muslim untuk mengepung pasukan Viking yang sedang beristirahat atau berkumpul. Pertempuran itu sendiri berlangsung sangat sengit. Kavaleri Muslim memainkan peran krusial, memanfaatkan kecepatan dan daya pukul mereka untuk memecah formasi Viking. Panah dan tombak ditembakkan dengan gencar, menyebabkan banyak korban di pihak Viking. Para Viking, meskipun terkenal dengan keberanian dan kemampuan bertarung individu mereka, tidak terbiasa dengan taktik militer terorganisir dari pasukan Muslim yang canggih. Mereka juga mungkin lelah setelah penjarahan dan pendudukan kota.

Keunggulan jumlah dan strategi pihak Muslim mulai terlihat. Pasukan Viking, yang tidak memiliki jalur mundur yang jelas, mulai terdesak. Mereka menderita kerugian besar. Banyak yang terbunuh dalam pertempuran, sementara yang lain mencoba melarikan diri ke kapal mereka yang berlabuh di Sungai Guadalquivir.

Kekalahan Telak dan Akibatnya

Kekalahan Viking di Sevilla adalah bencana total bagi mereka. Sumber-sumber Muslim mengklaim bahwa ribuan Viking tewas, dan banyak lagi yang ditawan. Beberapa perkiraan bahkan menyebutkan angka 30.000 korban tewas, meskipun angka ini mungkin dilebih-lebihkan untuk tujuan propaganda. Namun, yang jelas adalah bahwa kerugian mereka sangat besar. Kapal-kapal mereka juga dihancurkan, dibakar, atau ditangkap, sehingga memutus jalur pelarian mereka.

            Beberapa Viking yang berhasil melarikan diri ke kapal mereka mencoba berlayar kembali ke Atlantik. Namun, armada Muslim yang baru mengejar mereka. Beberapa kapal Viking dicegat dan dihancurkan di sepanjang sungai atau di laut. Bahkan, beberapa kelompok Viking yang terdampar di daratan kemudian ditangkap atau diburu oleh pasukan Muslim.

            Para tawanan Viking yang ditangkap diperlakukan sesuai dengan hukum Islam pada saat itu. Beberapa dieksekusi, sementara yang lain dijual sebagai budak. Beberapa, yang kemudian memeluk Islam, bahkan diizinkan untuk tinggal di Andalusia dan berintegrasi ke dalam masyarakat. Ada laporan tentang beberapa Viking yang kemudian menjadi petani atau bahkan penjaga istana.

Kesimpulan

Invasi Viking ke Sevilla pada tahun 844 M adalah sebuah episode penting dalam sejarah Viking dan Al-Andalus. Meskipun para penyerbu Nordik berhasil merebut dan menjarah kota untuk sementara waktu, mereka akhirnya menghadapi kekalahan telak di tangan pasukan Emirat Córdoba yang terorganisir dan berstrategi. Peristiwa ini tidak hanya mengakhiri ancaman Viking di Iberia untuk sementara waktu, tetapi juga mendorong pembangunan militer yang signifikan di Al-Andalus, menjadikan mereka kekuatan maritim yang lebih tangguh. Kekalahan di Sevilla menjadi pengingat bahwa bahkan kekuatan yang paling menakutkan pun dapat dikalahkan ketika dihadapkan pada perlawanan yang cerdas dan terkoordinasi.

Bibliografi

Collins, Roger. (1995). Early Medieval Spain: Unity in Diversity, 600-1000. Macmillan Education. Memberikan konteks yang lebih luas tentang Al-Andalus pada periode tersebut dan secara singkat membahas invasi Viking.

Christiansen, Eric. (2002). The Norsemen in the Viking Age. Blackwell Publishing.

Dozy, Reinhart. (1861). Histoire des Musulmans d’Espagne: jusqu’à la conquête de l’Andalousie par les Almoravides (711-1110). E. J. Brill.

Ibn al-Qutiya (w. 977 M): Seorang sejarawan Muslim Andalusia yang merupakan keturunan bangsawan Goth. Karyanya, Tarikh Iftitah al-Andalus (Sejarah Penaklukan Al-Andalus), adalah salah satu sumber primer paling penting untuk invasi Viking ini.

Ibn Idhari al-Marrakushi (abad ke-13 M): Seorang sejarawan Maroko yang menulis Al-Bayan al-Mughrib fi Akhbar Muluk al-Andalus wa’l-Maghrib (Catatan Luar Biasa tentang Raja-raja Al-Andalus dan Maghreb).

Montgomery Watt, W. & Cachia, P. (1965). A History of Islamic Spain. Edinburgh University Press.

Baca juga: Warisan Herodotus: Bagaimana Ia Membentuk Disiplin Ilmu Sejarah

Loading

Tagged:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *